Minggu, 15 Mei 2016

Bunda

Bunda




Setitik air yang hina dina
Segumpal darah yang tiada harga
Sesosok tubuh yang tiada daya
Sebatas gerak yang belum mampu menjangkau
Itulah awal diriku

Dalam rahimmu aku disempurnakan
Dari kandunganmu aku dikeluarkan
Dalam pangkuanmu aku dimanjakan
Dalam buaianmu aku dibesarkan
Dalam asuhanmu aku dicerdaskan

Air susumu kuteguk habis menghilang
Waktu dan kecantikanmu kurenggut sirna melayang
Dengan jasamu aku dapat berdiri
Dengan perjuanganmu aku dapat berjalan
 Dengan kelembutanmu aku lantang bicara

Ikhlasmu...
Kelembutanmu...
Kasih sayangmu...
Pengorbananmu...
Perjuanganmu tiada banding

Ya Allah...
Aku tidak berdaya
Aku ingin bertekuk lutut padanya
Aku tidak sanggup membayar semua kebaikannya
Aku tidak sanggup membalas semua jasanya
Hanya air mata permohonan yang mampu ku panjatkan kepada-Mu...

Ya Allah...
Engkau maha pemurah
Rengkuhlah dia dalam naungan-Mu
Peluk dia dengan ridho, rahman, rahim & maghfiroh-Mu
Untuk bundaku tercinta



Ci mata nu jadi indung, nu nungtun rido pangeran..
Kanyaah nu jadi indung, nu ngajaga kahormatan...
Doa nu jadi indung, nu nangting jalan kasalametan..
Tapi sing waspada!!!

Kanyerian nu jadi indung
Nu ngondang laknat pangeran.

(entah kenapa saat bikin puisi ini kayak De javu gitu ke zamannya SMP dulu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar